Sabtu, 02 April 2011

Laporan PKL BPTP Sukarami


Sia yang nio buliah cilok laporan den ko
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
                Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di berbagai bidang dewasa ini, Maka bidang pertanian sebagai tulang punggung kehidupan harus mampu berkembang melebihi bidang-bidang lain. Untuk itu diperlukan sarjana-sarjana pertanian yang tidak hanya mempunyai kemampuan intelektual saja melainkan juga terampil dan mampu mengembangkan profesinya. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu program yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melatih kemampuan profesinya di lapangan.
Mahasiswa sebagai calon sarjana diharapkan mampu memiliki keterampilan dan mampu mengembangkan keahlian dan profesinya untuk terjun ke dunuia kerja dan masyarakat, oleh karena itu mahasiswa harus diberikan kesempatan untuk melatih keterampilan dan kemampuannya serta mengaplikasikan ilmunya di dunia kerja dan masyarakat.
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di atas, sehingga PKL wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Teknik pertanian Universitas Andalas Padang sejak tahun 1998. Diharapkan dengan adanya program ini dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang terampil, relevan dengan pembangunan dan dapat memecahkan masalah secara sistematis, serta dapat meningkatkan kemampuan profesi dan pengetahuan dan menyesuaikan kurikulum perguruan tinggi dengan tuntutan perkembangan IPTEK. Semakin kompleksnya aktifitas manusia, kebutuhan akan makanan dan bahan pangan juga meningkat maka diperlukan teknologi untuk meningkatkan hasil pangan dalam waktu yang cepat.
Teknologi merupakan salah satu cara yang dihasilkan dari berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Penerapannya dapat berupa alat, mesin ataupun teknik pelaksanaannya. Untuk meningkatkan pendapatan petani maka dilakukan teknologi, baik pada tahap budidaya maupun pengelolaannya. Teknologi yang tepat guna yang dapat diterapkan secara efektif, efesien dan sederhana pada petani. Hal ini dapat menunjang kegiatan pertanian dalam meningkatkan hasil produksi, mempersingkat waktu kerja, dan mengurangi biaya pengerjaannya dan terutama sekali meningkatkan pendapatan petani.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1.      Memberikan pengalaman kerja, link and match antara teori dan praktek nyata di lapangan.
2.      Mengetahui teknologi yang telah diterapkan di BPTP-SUMBAR  dan struktur organisasinya.
3.      Manajemen dan mesin pertanian,perlukan untuk meningkatkan produktifitas lahan dan tenaga kerja.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan PKL adalah :
1.      Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan lingkungan kerja  yang sebenarnya.
2.      Mahasiswa dapat menerapkan ilmunya dilingkungan kerja dan masyarakat.
3.      Mahasiswa dapat siap menghadapi dunia kerja.
4.      Mahasiswa mampu mengenali dan memahami prinsip kerja dan perilaku teknis dari alsintan
5.      Mahasiswa mampu mengaplikasikan alsintan ini dilapangan.
6.      Mahasiswa mapu merancang alsintan yang dapat menghasilkan effisiensi yang tinggi.

1.4 Deskripsi Tempat PKL
1.4 Gambaran umum  BPTP Sumatera Barat
1.4.1 Sejarah Tempat PKL (BPTP).
Berawal pada tahun 1952 di desa Sukarami Kabupaten Solok didirikan suatu stasiun  penelitian kecil yang disebut Balai Penyelidikan Teknik Pertanian yang berada di bawah Balai Penyelidikan Pertanian Bogor. Tugas utama stasiun ini adalah melakukan penelitian yang direncanakan di Bogor untuk daerah Sumatera Barat.
            Pada tahun 1962 stasiun ini berganti nama menjadi Perwakilan Kebun  Percobaan Sumatera Barat dan lokasinya pindah ke Bandar Buat, Padang. Tugas  utamanya melaksanakan penelitian yang direncanakan di Bogor. Tahun 1968 namanya berubah lagi menjadi Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Perwakilan  Sumatera Barat. Pada tahun 1980 lembaga ini secara resmi dinamakan Balai Penelitian  Tanaman Pangan Sukarami, namun lokasinya masih di sekitar Bandar Buat. Pada  tahap ini perencanaan kegiatan penelitian sudah dilaksanakan oleh balitan  sukarami dengan arahan dari Puslitbangtan. Hal ini karena pembangunan fasilitas yang mulai sejak tahun 1979 belum selesai.
Baru pada tahun 1983 balai ini secara fisik pindah ke Sukarami  sesuai dengan namanya waktu itu. Melalui Surat Keputusan Pertanian nomor  789/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994, dibentuk Balai Pengkajian  Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami. Namun sekarang namanya telah diubah menjadi”Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat”.

1.4.2 Ruang Lingkup Kegiatan.
Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Petanian nomor  789/Kpts/OT.210/12/94 tanggal 13 Desember 1994, wilayah kerja BPTP Sukarami  meliputi dua provinsi yaitu Sumatera Barat dan Bengkulu. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut, fungsi BPTP Sumatera Barat adalah:
a.       Penelitian Komoditas pertanian spesifik lokasi
b.      Pengujian dan perakitan teknologi Pertanian tepat guna spesifik lokasi.
c.       Penyampaian umpan balik untuk penyempurnaan penelitian pertanian.
d.      Penyampaian paket hasil pengujian dan perakitan sebagai bahan materi penyuluhan pertanian.
e.       Pelayanan teknik pengkajian teknologi pertanian.
f.       Urusan tata usaha balai.
Sebagai unit kerja yang berlokasi di daerah BPTP Sumatera Barat akan  Dikembangkan menjadi salah satu sumber data dan informasi pertanian, sehingga  dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam perencanaan dan pengelolaan  pembangunan pertanian di wlayah Sumatera Barat dan Bengkulu.

1.4.3 Program BPTP
Program penelitian dan pengkajian BPTP Sumatera Barat berpedoman  kepada kebijakan umum dan Departemen  peran dan kebijaksanaan pembangunan  pertanian Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Sebagai salah satu unit  pelaksana teknis di bawah badan penelitian dan pembangunan sektor pertanian  dibidang penelitian dan pengkajian, yakni: pembangunan pertanian rakyat terpadu,  pembangunan dan pengembangan sistem usaha pertanian, dan penganekaragaman pangan dan gizi.
Berpedoman dan mengacu kepada hal di atas maka BPTP Sumatera Barat  telah menetapkan  lima program utama yang menjadi landasan dalam penyusunan  kegiatan penelitian dan pengkajian. Program utama tersebut berkaitan dengan:
-        penelitian sumber daya pertanian
-        Pengembangan dan pengelolaan sistem agribisnis
-        Sosial ekonomi dan kelembagaan
-        Pengembangan komoditas unggulan
-        Alih teknologi dan jaringan informasi

1.4 Manajemen atau Organisai BPTP
BPTP Sumatera Barat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada  Kepala Pusat Penelitian Sosial ekonomi Pertanian di Bogor dan secara  administratif operasional dikoordinasikan oleh kepala kantor wilayah Departemen  Pertanian.
            Dalam melaksanakan tugas, kepala BPTP Sumatera Barat dibantu oleh unit kerja struktral dan non struktural. Kelompok peneliti dan sembilan Instalasi Penelitian dan Pengkajian Pertanian (INPPTP) serta beberapa jabatan fungsional lainnya. Pembentukan kelompok peneliti didasarkan atas pertimbangan dan  pengkajian secara keseluruhan, terutama dalam penyiapan program dam evaluasi, maka dibentuk koordinator program dan monitoring. INPPTP bukanlah kelompokstruktural,tapi hanya melakukan kegiatan atau aktifitas.
Kelompok-kelompok peneliti (Kelji) tersebut adalah :
a.      Kelji Peneliti Sumber Daya
b.      Kelji Budidaya
c.      Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian
d.      Kelji Peneliti Sosial Ekonomi

1.5 Waktu Pelaksanaan PKL
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, yang terletak di Desa Sukarami, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten solok, Provinsi Sumatera Barat, dengan jarak lebih kurang 40 km dari kota Padang dan 22 km dari solok. Sukarami berada di  lereng Gunung Talang dengan ketinggian lebih kurang 950 meter dari permukaan  laut. PKL selama empat minggu dari tanggal 24 Januari sampai 19 Februari 2011.        Jam kerja dimulai dari jam 08.00 – 16.00 WIB.




















II. Modifikasi saringan Power Thresher (perontok padi) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami

2.1 Power Thresher
Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji – bijian yang dihasilkan relatif bersih. Thresher yang ada di BPTP-SUMBAR adalah keluaran Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, Tanggerang.
Fungsi dan Keunggulan (BBP-Mektan 2009):
1.      Merontok padi berbagai varietas
2.      Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
3.      Dapat digunakan untuk padi potong pendek atau potong panjang.
4.      Meningkatkan efisiensi pekerjaan perontokan (Kemampuan pemisahan :  98%,
5.      kemampuan pembersihan :  94%, kerusakan gabah  :  kurang dari 2%
Spesifikasi (BBP-Mektan 2009):
a.       Tenaga penggerak : Mesin diesel atau bensin 5,5 HP s/d 6 HP
b.      Berat keseluruhan : 110 kg
c.       Panjang x Lebar x Tinggi : 745 x 480 x 1070 (rangka utama)
d.      Kapasitas kerja :    500 hingga 600 kg per jam Padi
350 hingga 450 kg per jam Kedelai
700 hingga 1000 kg per jam Jagung
e.       Kecepatan putar silinder : untuk padi 600 rpm
untuk kedelai 600 – 650 rpm
untuk jagung 650 – 700 rpm
f.       Kebutuhan tenaga : 3 sampai 4 orang
g.      Kebutuhan bahan bakar : 0,9 liter per jam bensin
1,0 liter per jam solar




2.2 Penggunaan Perontok Padi (Thresher)
2.2.1 Drum Tertutup dan Drum Terbuka
                 Tipe Drum Tertutup dirancang untuk merontok padi secara Hold on yaitu pada saat panen,tegakkan jerami dipotong bawah dan dirontok dengan cara dipegang ( Hold on ) dengan maksud diperoleh jerami utuh agar jerami tersebut dapat dimanfaatkan secara khusus.Tipe Drum Terbuka dirancang untuk merontok padi secara “ Throw In ” yaitu saat panen tegakan jerami dipotong atas dan dirontok dengan cara seluruh potongan atas jerami tersebut langsung dimasukkan ke dalam mesin perontok dan dilepas tanpa dipegang tangan.
2.2.2 Clearance gigi perontok
Yang dimaksud dengan “Clearance gigi perontok” adalah jarak terdekat antar ujung gigi perontok terhadap konkaf perontok (saringan di bawah gigi perontok).Jarak ini tidak boleh lebih dari atau kurang dari satu inchi atau 2,45 cm. Apabila jarak Clearance lebih besar dari satu inchi maka proses perontokkan jadi tidak sempurna, sedang apabila kurang dari 1 inchi banyak butir gabah yang retak. Pengaturan jarak Clearance ini dimungkinkan karena leher gigi perontok pada umumnya dibuat berulir (terdiri atas mur dan baut) yang dapat distel panjang pendeknya terhadap dudukan gigi perontoknya.
Gambar 1
2.1.3 Merontok padi dengan potong bawah / panjang
                 Untuk dapat mampu merontok padi dengan potong bawah hasil dari pemanenan mower masih bisa digunakan threser TH 6 tapi batang padi dipegang atau menggunakan perontok pedal maupun yang bermesin sedangkan untuk thresernya sekarang digunakan beberapa seperti DB 1000,MBI 1000 atau merk lain.
2.1.4 Tingkat ke-ausan gigi perontok
                 Bagian mesin perontok yang cepat aus adalah pada bagian gigi perontok,lakukan proses “pengerasan logam” terhadap gigi – gigi perontok ini,ada bermacam cara”pengerasan logam” yang paling sederhana adalah memberikan tambahan logam menggunakan kawat”Las listrik” di separuh tubuh masing –masing gigi perontok yaitu separuh tubuh yang menghadap arah putaran atau dengan kata lain di permukaan gigi perontok yang bersentuhan langsung dengan jerami.
Gambar 2
2.1.5 Umur Teknis Mesin
                 Mesin perontok padi yang memiliki umur teknis panjang (lama) terbuat dari bahan konstruksi yang berkualitas dan tingkat presisi yang tinggi serta difabrikasi secara teliti dan cermat.Dari segi kualitas komponen logam bahan konstruksi yang difabrikasi, secara mudah dapat dicirikan melalui bobot mesin perontok padi.Apabila bobot mesin perontoktanpa enjin mencapai lebih dari 100 kg (satu kuintal) berarti logam bahan konstruksinya berkualitas dan dijamin umur teknis mesin akan panjang.

2.3 Petunjuk Teknis Pemakaian Alat
2.3.1 Keselamatan Kerja
  1. Jalankan mesin hanya bila operator telah benar-benar memahami cara pengoperasiannya, sebelum menjalanan mesin, yakinkan bahwa lingkungan sekitar mesin aman dan ingat bahwa gas dari knalpot dalam ruangan tertutup sangat berbahaya.
  2. Jaga bagian tubuh dari sentuhan komponen mesin yang berputar. Kenakan pakaian yang tidak longgar supaya tidak tersangkut bagian mesin yang berputar.
  3. Gunakan masker untuk menghindari debu sewaktu proses perontokan berlangsung, rambut panjang sebaiknya diikat agar tidak terjepit oleh bagian mesin yang berputar.
  4. Jangan bekerja dengan mesin padakodisi yang buruk (mur/baut kendor dll).
  5. Tangki bahan bakar diisi secukupnya, jangan sampai melimpah dan jangan mengisi bahan bakar sewaktu mesin dalam keadaan hidup, memakai pemantik api, merokok, dsb.
  6. Apabila digunakan enjin diesel dengan pendingin air, usahakan uap air yang ada pada tangki pendingin tidak berpengaruh terhadap bahan yang akan/sedang dirontok.
  7. Sediakan selalu kotak perlengkapan PPPK (pertolongan pertama pada kecelakaan)
2.3.2 Persiapan operasional
  1. Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf, bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang skiranya akan menggangu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator.
  2. Putarlah drum perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas atau bergesekan.
  3. Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk puli, bila sabuk tidak dalam satu garis lini dan ketagangan tidak tepat maka sabuk puli akan cepat rusak sebelum waktunya. Untuk permukaan puli yang kasar sebaiknya diamplas dan puli yang retak segara diganti.
  4. Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa juga secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur yang kendor.
  5. Periksa engine apakah sudah cukup oli dan bahan bakarnya.
2.3.3 Cara Kerja
1.      Setelah semuanya siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
2.      Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji – bijian yang belum terontok.
3.      Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
4.      Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloading, terutama untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
5.      Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin perontok.
6.      Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
7.      Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
8.      Apabila proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan (terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.
2.3.4    Kecepatan Putar Drum
            Untuk dapat beroperasi secara sempurna,kecepatan putar drum perontok sekitar 600 rpm,diukur menggunakan istrumen Tachometer, apabila tidak tersedia istrumen lakukan langkah berikut ini :
1.      Setelah semuanya siap, start enjin/motor , biarkan sebentar tanpa muatan.Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergerak/bergeser akibat getaran , atau berpindah tempat.Yakinkan kembali bahwa semua proses berjalan normal.
2.      Masukkan (rpm) drum perontok apabila ternyata masih ada padi yang belum terontok,atau kurangi kecepatan putar drum apabila ada gabah yang ikut terlempar keluar di pintu pelempar jerami, bila perlu lakukan langkah ini berulangkali sampai kecepatan putar drum menjadi optimum (berkisar 600 rpm).
3.      Setelah kemampuan mesin optimum dan siap dioperasikan penuh,masukkan bahan yang akan dirontok ke pintu pemasukkan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload.Tumpuk-lah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin.Satu sampai dua  orang pembantu operator diperlukan untuk melayani proses ini agar kapasitas kerja dan effesiensi kerja mesin perontok dapat mencapai nilai maksimum.
4.      Kurangi pemasukkan bahan bila terasa akan terjadi overloading, terutama untuk bahan yang masih belum kering.Apabila mesin macet/slip karena overloading,matikan enjin/motor, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
5.      Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, penggunaan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan, atau rendahkan posisi dudukan mesin  perontok.
6.      Untuk mencegah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat, dsb) yang dapat terikut masuk kedalam mesin,dianjurkan agar seluruh bahan yang akan dirontok,ditumpuk didekat disamping mesin,dan sudah aman dari kontaminasi benda asing.
7.      Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin dan enjin,agar tidak menyumbat saringan udara pada enjin atau tercampur dengan bijian bersih hasil perontokan.
2.3.5    Meminimalkan Susut Tercecer
1.      Taruhlah mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan dirontok, bila perlu taruhlah alas/lembaran kanvas/plastic atau semacamnya (bersih & tidak beraroma) dibawah mesin, untuk mengurangi susut tercecer.Semakin luas alas plastic yang dibentangkan akan semakin mengurangi susut tercecer.
2.      Posisikan mesin menghadap dinding, atau buatlah dinding buatan berupa lembaran plastic didepan mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat kembali terkumpul di bagian alas plastic.
3.      Perhatikan arah angin saat merontok agar operator terhindar dari arah balik dari debu halus hasil perontokan yang dapat menerpa wajah operator dan agar kotoran dapat keluar searah dengan arah angin.
2.3.6 Susut kuantitas dan kualitas
Susut yang terjadi pada pasca panen terdiri dari susut kuantitas dan susut kualitas.Yang dimaksud dengan susut kuantitas adalah susut yang dapata diukur dengan satuan berat,yang biasanya terjadi karena adanya gabah yang tercecer pada waktu panen, penegringan, pengangkutan atau karena serangan hama.Susut pada penanganan pasca panen disajikan pada tabel 2.1
Susut kualitas adalah susut yang dapat mengakibatkan penurunan mutu, warna, rasa dan nilai gizi,biasanya terjadi karena proses penanganan hasil yang kurang baik.
Penilaian susut kualitas lebih sulit dari pada kuantitas karena lebih banyak faktor yang mempengaruhi,seperti teknologi yag diterapkan.Oleh kareana itu susut kualitas secara rinci belum banyak dikemukakan.Besar susut kualitas ditentukan oleh kriteria standar mutu gabah (Soemardi dan Thahir,1991).Kriteria standar mutu gabah yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat dilihat pada tabel 2.2

2.4 Kendala Operasional Power thresher BPTP-Sumbar
            Dari Spesifikasi Thresher yang dikeluarkan oleh BBP-Mektan, ternyata dilapangan ditemui kendala terhadap kinerja alat dimana proses perontokan padi terhambat karena adanya tumpukan padi yang masih bercampur dengan jerami akibat saringan atas tidak sempurna menyaring jerami yang rontok menuju ke  bagian bawah thresher, walaupun sudut peluncuran gabah sudah bagus, namun karena rancang bangun alat yang kurang baik sehingga terjadi tumpukan gabah yang masih bercampur jerami pada bagian bawah papan peluncuran. Posisi papan peluncuran yang seperti ini membuat gabah yang bernas (berisi) dengan gabah yang hampa tidak sepenuhnya terpisah karena aliran angin dari blower terhalang oleh papan pelucuran itu sediri.
Gabah dan jerami yang masih bercampur saat turun ke papan peluncuran

Gambar 3 : Gambar awal alat sebelum modifikasi
2.5 Proses Modifikasi Alat
            Proses modifikasi alat dilakukan dengan pembuatan gambar terlebih dahulu menggunakan software computer (SolidWorks). Dilakukan pembuatan gambar awal (original) alat lalu dilanjutkan dengan pembuatan gambar modifikasi dari power thresher.
Proses modifikasi
1.      Membongkar dinding dan alas bawah power thresher
2.      Penggantian papan peluncuran gabah dengan ayakan. Hal ini akan membuat gabah yang rontok tidak akan keluar melalui outlet, melainkan turun langsung kebawah, jerami yang ikut turun bersama gabah akan tersaring oleh ayakan, pada saat bersamaan blower akan menghembuskan udara sehingga jerami dan gabah yang hampa akan terbawa oleh hembusan angin dari blower sementara gabah bernas yang lebih berat akan terpisah dari jerami dan gabah yang hampa.
3.      Ayakan yang dipakai adalah ayakan dengan ukuran lobang 1cm x1 cm.
4.      Posisi ayakan dipasang sesuai dengan kedudukan dari papan peluncuran semula

Gambar 4 : modifikasi alat


Ayakan 1 x1 cm

Gambar 5 : penempatan ayakan















III. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
            Dari data-data yang diperoleh selama melakukan praktek kerja lapangan di BPTP-Sumbar, disimpulkan bahwa untuk memperoleh kinerja optimal dari power thresher, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a.       Rpm mesin saat motor bekerja merontok jerami.
b.      Jumlah gigi perontok.
c.       Kekuatan hembusan angin baik dari fan yang terdapat pada gigi perontok maupun dari blower agar jerami yang rontok terpisah dengan gabah yang bernas.
d.      Komponen alat (dimensinya juga harus diperhatikan agar dapat meminimalkan  butir gabah yang pecah).
e.       Pengoperasian alat.
f.       Keselamatan kerja.

3.2 Saran
Untuk mengoptimalkan kinerja blower, sebaiknya blower dipasang pada mesin bukan dihubungkan dengan belt sehingga hembusan angin yang terjadi lebih optimal untuk memisahkan jerami dan gabah hampa dengan gabah yang bernas Ditambah lagi jumlah gigi perontok sebaiknya jangan terlalu rapat sehingga membuat kinerja mesin menjadi lambat dan terjadi macet saat jerami yang masuk terlalu banyak.









                                                                                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Bogor.

Modul tentang Penggunaan.Pengoperasian,dan Pengujian Mesin Perontok Padi, Balai Penelitian Teknologi Pertanian Sumatera Barat : Sukarami.

Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada; Jogjakarta.

Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian .Universitas
Gadjah Mada ;Jogjakarta.

http://aprillia-upik.blogspot.com/2011/02/bab-2-alsintan.html
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itkp_18.pdf
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/39989/Bab%20II%20F95zul.pdf?sequence

1 komentar:

  1. huaaa,,,
    lah staun min,,,
    pabanyak lah lei... itu juo isi baru,,
    cemungguuut ^_^

    BalasHapus